

Reporter : Yolli Indria Sari, SKM • Editor : KKP_Padang2
Pelabuhan Teluk Bayur sebelumnya bernama Emmahaven dibangun pada tahun 1893 di Kota Padang oleh pemerintah Hindia Belanda. Terletak ± 7 km dari Selatan Kota Padang yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Berbagai jenis komoditas yang masuk dan keluar melalui pelabuhan Teluk Bayur seperti batu bara, semen, clinker, minyak kelapa sawit, kayu manis, teh, moulding, furniture, dan karet, yang merupakan komoditas ekspor unggulan untuk benua Amerika, Eropa, Asia, Australia dan Afrika. Hal ini menjadikan pelabuhan Teluk Bayur sebagai sentra pergerakan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat. (Referensi : Sejarah Pelabuhan Teluk Bayur).
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Padang bertugas melakukan pengawasan, pencegahan, dan respon terhadap penyakit dan faktor risiko kesehatan pada alat angkut, orang, barang dan lingkungan di wilayah kerja, termasuk Pelabuhan Teluk Bayur.
Sebagai salah satu wilayah kerja KKP Kelas II Padang, Pelabuhan Teluk Bayur diawasi secara ketat oleh KKP, mulai dari pengawasan kedatangan dan keberangkatan orang, kapal, dan barang sampai ke lingkungan sekitar Pelabuhan.
Dalam kaitan pengawasan terhadap alat angkut, KKP Kelas II Padang berwenang menerbitkan Certificate of Pratique (COP) bagi kapal yang telah bebas pemeriksaan karantina yang datang dari luar negeri dan wilayah terjangkit, Port Health Quarantine Clearance (PHQC) untuk kapal yang akan berangkat, Ship Sanitation Control Exemption Certificate/ Ship Sanitation Control Certificate (SSCEC/SSCC) untuk sertifikat sanitasi kapal, dan Health Book (HB) sebagai buku kesehatan kapal
Jumlah kedatangan dan keberangkatan penumpang di Pelabuhan Teluk Bayur meningkat selama masa arus mudik dan balik, hal ini berbanding terbalik dengan kedatangan kapal dari luar negeri, dengan demikian berimbas terhadap jumlah penerbitan COP yang mengalami penurunan sebesar 40,63% (19 dokumen) dari bulan sebelumnya. Untuk penerbitan PHQC masih sama dengan bulan sebelumnya yaitu sebanyak 115 dokumen, sedangkan SSCEC mengalami peningkatan dari 4 dokumen menjadi 9 dokumen, begitu juga dengan Health book mengalami peningkatan dari 3 buku menjadi 6 buku.
Kemungkinan penurunan jumlah penerbitan COP pada bulan April karena jumlah komoditi ekspor barang yang menurun dari salah satunya Crude Palm Oil (CPO). Dilansir pada situs Kementerian Perdagangan RI, kondisi tersebut terjadi karena penurunan harga minyak CPO di pasar global, penurunan ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain: India mengurangi impor CPO periode April hingga Juni akibat turunnya harga minyak bunga matahari, penurunan volume ekspor dari Malaysia sebagai indikasi menurunnya permintaan CPO global, serta penguatan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. (Sumber data : https://www.kemendag.go.id/berita/siaran-pers/periode-16-31-mei-2023-harga-referensi-cpo-menurun-bea-keluar-cpo-usd-74mt-pungutan-ekspor-cpo-usd-95mt).
Penulis : Yolli Indria Sari, SKM (Epidemiologi Kesehatan Ahli Pertama)
Hit: 412